Sabtu, 17 November 2012

Sisi Spiritual Pilkada Jabar

Jika dilihat secara spiriual pilkada jabar  tidak seseru pilkada DKI I. Saat itu Jokowi adalah tokoh yang belum dikenal warga DKI  tapi jika dilihat secara spiritual, sifat sederhana, bersahaja dan merakyat   dianggap para pelaku spiritual layak diangkat menjadi pemimpin. dan dalam perjalanan prosesnya banyak yang telah  dilakukan untuk mengangkat secara bathin agar mampu dan kuat menjadi DKI 1.  Tambal sulam dilakukan di  sana sini untuk menjadikannya mampu menjadi DKI 1.

Banyak yang diam -diam  berperanan  membantu Jokowi untuk menduduki singgasana DKI 1. Terakhir yang masih diingat adalah ketika Jokowi sakit setelah kemenangan pilkada DKI 1 pun masih ada yang harus dilakukan, karena pendampingnya mengalami luka parah setelah kejadian perang habis-habisan di medan laga Jakarta.

Dunia jagad bathin kali ini  ramai, sama  seperti biasanya ketika ada  pilkada di berbagai daerah.  bagi mata bathin  yang jeli maka dari sinar wahyu keprabon yang dibawa masing-masing kontestan pemenangnya dapat dilihat secara sekilas.

Saya hanya akan melihat secara sekilas  kepada tiga kontestan  yaitu, Dede Yusuf, Deddy Mizwar dan Rieke Diah Pitaloka. Ketiga orang ini adalah simbol dan dianggap mampu  mendongkrak perolehan suara dan mempunyai banyak pengaruh psikologis  kepada para pemilih.

Dede Yusuf sudah mempunyai cahaya Wahyu keprabon yang dibawa dari lahirnya, hal ini membuat beliau terkenal dengan politikus yang bertangan dingin, cita-cita dan keinginannya seperti tergelar (gumelar) di setiap langkahnya. Diberi kelancaran, karena  demikianlah cahaya yang ada dalam dirinya menuntun langkah dan arah hidupnya.

Berbeda halnya dengan Deddy Mizwar. Secara kemampuan di dunia nyata, beliau tidak diragukan lagi. Tetapi dalam dunia spiritual cahaya wahyu keprabonnya belum bisa mengangkat beliau untuk menjadi Jabar 1. Maih memungkinkan untuk ditambahi secara instan, mengingat secara bibit dan bobotnya sanggup dan kuat. Hal ini akan sangat berat  buat Rieke Dyah Pitaloka.  Sepertinya secara bibit dan bobotnya Rieke tidak kuat menerima tambahan energi secara instan. Apabila ada yang sanggup maka yang harus dilakukan adalah menempatkan sinar cahaya untuk menyoroti Rieke di sekelilingnya, dan meletakkannya di tempat yang tinggi.

Karena wahyu keprabon hanya  dilihat dari  bibit, bobot dan bebetnya. Tanpa mempertimbangkan hal-hal yang bersifat lahiriah maka hal ini juga menafikkan adanya akta kelahhiran tetapi lebih secara garis keturunan yang dilihat alurnya dari kacamata ghaib atau spiritual. Jika Dilihat secara spiritual maka akan kelihatan jenis wahyu keprabon yang ada pada kontestan Dede Yusuf. Dan Wahyu keprabon dari jenis keturunan inilah kemungkinan jawaban nyata yang tidak dapat disanggah lagi tentang asal muasalnya beliau.

Sinar itu sangat jelas,  bersinar elok. Sama eloknya dengan sinar yang dimiliki oleh cucu Sang Putra Fajar yang saat ini masih memilih berada di belakang layar politik. Jika takdir menghendaki maka kedua orang ini akan menjadi rival yang sama-sama bersaing untuk memperebutkan RI 1. Sayang Cucu Sang Putra fajar belum mau melibatkan diri ke dunia politik secara nyata. Seandainya begitu masih banyak hal yang harus ditata dan dibenahi untuk menuju kursi pemimpin negeri. Sinarnya sama, kekuatannya sama, lahirnya sama bagusnya. Tinggal selanjutnya bagaimana pengolahan diri pribadi. Dan harus diakui bahwa satu dari keduanya telah tertinggal jauh. .

Apapun nanti yang akan terjadi semua dikembalikan kepada putaran nasib yang bisa berubah semua garis perjalanan. Segaal sesuatu dikembalikan kepada  Sang Waktu.