Rabu, 29 Agustus 2012

Pertarungan Sengit Spiritual di Ajang Pilkada DKI 1

Menjelang Pilkada Putaran 2 DKI Jakarta, langit mulai mendung dari mulai hari Senin. Jagad spiritual, jagad bathin ikut bergolak dengan adanya pesta demokrasi di jakarta ini.

Kubu Jokowi didukung oleh Naga Emas simbol energi api dan cahaya  melawan Foke yang didukung oleh energi air dan tanah. Langit mendung adalah manifestasi dari ramenya jagad bathin, sehingga mempunyai  pengaruh pada dimensi manusia. Jika dilihat dengan mata batin gambar dilangit sebagian berbentuk bayangan kepala  naga, buaya,  anjing, hewan melata, gajah, dan berbagai macamnya. Kadang-kadang justru gelap merata, saking padatnya lalu lintas perjalanan menuju lokasi pesta. Dari  Yogya, arah perjalanan saat ini padat macet sedang mengarah ke barat. Semua kepala menghadap ke matahari terbenam.

Bagi mereka Pilkada juga menjadi ajang pertaruhan di kalangan mereka.  Pertarungan antara dua kubu menjadi tontonan yang sangat menarik. Pertaruhan terjadi pada saat manusia memikirkan akan memutuskan memilih siapa, disanalah ajang yang sesungguhnya. Berlomba-lomba memberikan pengaruh kepada manusia. Bedanya dengan di dunia nyata, pertandingan hanyalah milik para pemain, sedangkan penonton hanya menonton saja. Tetapi di jagad bathin tidak demikian. Mereka bisa ikut menjadi bagian dari peserta pertarungan, berlomba-lomba memberi pengaruh melalui alam pikiran manusia. Situasi benar-benar mengasyikkan apabila dilihat dari jauh.

Demikian serunya di ajang spiritual kadangkala memberi pengaruh pada dunia nyata. Contoh yang sangat aktual adalah terjadinya kerusuhan ataupun gesekan energi yang menimbulkan berbagai macam kebakaran. Di jagad bathin akibat pertrungan dan pelepasan jenis-jenis energi dan gelombang menimbulkan pergesekan energi. Gesekan ini dapat mengakibatkan  panas, sehingga di dunia nyata ketika ada pergesekan sedikit saja menjadi pemicu terjadinya kebakaran yang nyata.

Keadaan, demikianlah keadaan yang sesungguhnya secara kasat mata.

Bagi mahluk  yang tidak terwakili dalam pertandingan biasanya mereka akan menggabung dengan kubu yang lain. Misalnya Ular menggabung ke naga, macan menggabung ke Naga, sebagai perwakilan hewan darat. Nanti begitu juga binatang laut dan jenes-jenes akan menggabung jadi satu. Lintah dan Kutu atau kelabang, hewan berkulit basah dan sejenisnya. Dan pada akhirnya pertarungan sengit  dua belah pihak besar akan terjadi. Berantem, bersaing, bertarung layaknya arena pertandingan.

Saking padatnya tumpukan peserta dan penonton, berdesak-desakan, kisruh  layaknya menonton bola di stadion, di kalangan mahluk-mahluk ini juga terjadi sikut-sikutan. Ada yang menyerang dengan mengirim  energi jarak jauh seperti di film-film. Saat pertarungan usai mereka akan berdudyun-duyun seperti saat berangkat untuk kembali ke asal mereka.

Jagad spiritual memang tidak jauh dari diri kita, sejauh mata memandang akan terlihat apa yang terjadi. Mereka lebih berjiwa besar, begitu pertarungan usai, maka usai sudah pertikaian tanpa dendam, hingga nanti akan muncul kesempatan berikutnya.

Ternyata pesta demokrasi di jagad nyata juga merupakan pesta di kalangan mereka.

Salah satu mahluk yang lewat tadi pagi sempat menyampaikan komentar, pertandingan kali ini memang sengit, tapi tidak seru karena sudah dapat diketahui siapa pemenangnya. Jumlah pasukan dan pendukungnya tidak seimbang antara kedua belah pihak. kekuatan energinya juga berbeda.   Ada lagi yang komentar bahwa pertandingan kali ini ada yang menjaga, sehingga dibuat aturan bagi para penontonnya agar tidak kisruh. Ndilalah si penjaga ini sakti dan adidaya sehingga mahluk-mahluk ini harus tunduk dengan aturan, kalau tidak habislah mereka di"kaplok".  Akhirnya dia kembali lagi ke asalnya, males terlalu banyak aturan. hehehe.


salam Pilkada DKI 1.

Jumat, 10 Agustus 2012

Bali dan Spiritualitas Pariwisata


Berkunjung ke Pulau Dewata rasanya tak pernah bosan. Jika kita amati alam yang ada di Bali sebenarnya tidak beda jauh dengan alam yang ada di bagian lain di bumi pertiwi ini. Pulau Bali laksana surga.
Dalam kunjungan kali ini saya mengamati aspek sosiologi dan budaya yang menjadikan Pulau Bali menjadi tempat yang menarik. Kenapa bukan di Pulau Sumatera, atau di kota Malang Jawa Timur, atau di gugusan pantai Anyer yang tak kalah bagusnya. 

Kunjungan dadakan ini menjadi istimewa buat saya karena beberapa fasilitas dari beberapa orang yang belum pernah  saya temui secara langsung tapi memberikan saya fasilitas dan kemudahan selama di sana.
Jika diperhatikan sekeliling, hampir di setiap sudut   yang menjadi tempat tinggal diberi candi atau patung yang dilengkapi dengan sesaji secara teratur. Pura-pura tersebar di berbagai tempat secara merata. Warga Bali masih menganut kepercayaan bahwa dalam doa dan sesaji yang dipersembahkan kepada para Dewa akan menjaga kehidupan mereka. Mereka harus bersikap adil antara beribadah kepada sesama manusia dan kepada Para Dewa. Keseimbangan hidup antara kehidupan vertikal dan horisontal. 

Bentuk keseimbangan ini dimanifestasikan dengan menghargai hak orang lain, menghargai tamu, memberikan bantuan dengan tulus dan iklas tanpa pamrih. Hal ini  menjadikan pendatang merasa dihargai dan merasa nyaman. Kepercayaan akan  hukum karma, siapa yang berbuat tidak baik akan menuai hasilnya, demikian juga apabila manusia menanam kebaikan maka mereka akan menuai hasilnya. Kepercyaan ini   membuat kehidupan di Bali bagi pendatang  merasa nyaman. Bukan lagi masalah dosa dan pahala, tetapi penerapan ajaran hidup secara nyata.  

Manusia hidup di dunia berdampingan secara langsung dengan mahluk lain. Ada yang menyebut mahluk ghaib, ada yang menyebut mahluk halus, ada juga yang menyebut para dewa.  apapun sebutannya maka mereka memang ada. Sama seperti halnya mahluk hidup yang ada dunia, ada berupa-rupa binatang dan berupa-rupa manusia. Begitu juga mereka. Beraneka ragam bentuk dan tingkatan yang lebih kompleks. Mulai dari jin, siluman, ular, macan, banas pati, leak, arwah, roh dan lain sebagainya. 

Apa harus diingkari ketika sebagian orang mengatakannya dan sebagian lain tidak kemudian kita bilang tidak ada. Di dalam kitab sendiri mahluk ini disebutkan memang ada. Perkara ada yang bisa melihat dan yang tidak bisa melihat itu menjadi beda perkara.  Setiap orang punya hak untuk percaya atau tidak. Tetapi pengingkaran bukan berarti menghilangkan mahluk itu.

Jika diperhatikan lebih lanjut, biasanya tempat ibadah terletak di suatu tempat dengan kriteria tertentu. Di Jawa biasanya disebut dengan tempat yang wingit atau angker. Tempat yang berada pada ketinggian tertentu, di mata air, di pinggir pantai. Dengan keyakinan itu mereka secara langsung telah menjaga kelestarian alam dengan kearifan budaya lokal. Alam tetap terjaga dan sebagai imbal baliknya alam memberikan lebih dengan kedatangan turis domestik dan luar negeri tanpa harus diundang. 

Demikianlah rumusan alam yang ada, hukum alam, filosofis kehidupan. Dengan menjaga alam tempat kita berpijak sama saja kita menjaga kehidupan kita sendiri. Alam adalah bagian dari kehidupan. Merusaknya berarti merusak hidup kita sendiri. 

Jika kita menginginkn Indonesia seluruhnya seperti Bali bukan pada keyakinan dan kepercayaan yang harus dibenahi atau semua menjadi seperti Bali, tetapi pembentukan karakter manusianya dalam menjaga alam dan keseimbangan kehidupannya. 
Semua adalah pilihan, tinggal bagaimana kita memilih untuk tetap menjaga atau merusaknya. Untuk diri kita sendiri dan untuk seluruh anak cucu kita. 
  


Kamis, 09 Agustus 2012

Kecerdasan Fisik, Otak, Emosi, dan Spiritual

Kesempurnaan manusia bisa dicapai jika telah memenuhi beberapa kecerdasan. Kecerdasan Fisik, Kecerdasan Inteligensia, kecerdasan Emosional, dan akhirnya adalah kecerdasan spiritual.

Kecerdasan Fisik adalah bagaimana manusia bisa merawat fisik atau  badan ragawi, jasmaniah. Efek dari kecerdasan fisik diharapkan manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan lancar tanpa mengalami keluhan atau gangguan yang berarti. Kecerdasan fisik mampu menjaga dirinya dari penyakit, memelihara kesehatan dan kebugaran badannya. Badan adalah wadag atau tempat roh kehidupan bersemayam.

Kecerdasan Intelegensia adalah kecerdasan berpikir manusia untuk memahami dan mengetahui pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat duniawi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini adalah pemahaman manusia terhadap segala sesuatu yang bersifat ilmiah, edukatif, dunia pendidikan, dunia nyata yang bisa dilihat dengan mata. Kecerdasan Intelegensia bersumber pada kecerdasan otak. dari sini semua kemampuan berasal. Kecerdasan Intelegensia ditingkatkan melalui dunia pendidikan. Pendidikan yang diterapkan dengan mengutamakan pemikiran secara logika.

Kecerdasan Emosional adalah kecerdasan manusia dalam menyikapi kehidupan yang dihadapinya setiap hari. kecerdasan ini bersumber dari rasa. Perasaan dan emosi yang menandai dalam menyikapi segala sesuatunya. Ada yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berasal dari hati. Sedangkan saya berpikir bahwa kecerdasan emosional adalah sikap yang muncul sebagai sebagai perpaduan antara pikiran dan hati. Pengolahan dan pengendalian emosi positif dalam menyikapi kehidupan merupakan bagian yang terpisahkan dalam menjalani hidup. Kecerdasan Emosi adalah diperlukan dalam hidup manusia terkait dengan hubungan sesama manusia atau hubungan yang bersifat horisontal, jadi hati memegang peranan penting dalam mengambil sikap.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari hati. Dari sinilah semuanya berawal. Kecerdasan spiritual dimiliki apabila manusia mempunyai tanggung jawab menjaga hubungan manusia dengan Tuhannya. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang timbul akibat adanya hubungan vertikal dalam kaitannya manusia menjaga dirinya terkait dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.  Tanggung jawab yang muncul dari kecerdasan ini bahwa seluruh raga, jiwa dan hatinya berusaha diselaraskan dengan perintah dan ajaran-ajaranNya. Tidak melanggar aturan dan hukum agama ataupun keyakinan yang dianutnya.

Manusia tidak ada yang sempurna, demikianlah hakekat hidup manusia, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Manusia akan menjadi semakin lebih baik apabila memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. dari kecerdasan ini manusia akan berhati-hati dalam bersikap, berpikir, bertindak dalam  menjalin hubungan dengan manusia dan alam sekitarnya. Tanggung jawab yang lebih luas dari sekedar mampu hidup di dunia, tetapi bagaimana menjaga keseimbangan lahir batin dalam hubungan yang abadi dengan Tuhannya. Menjaga diri agar tetap terpelihara untuk kehidupan yang lebih baik.


Selasa, 07 Agustus 2012

Ajaran Dasar Spiritual (Kebatinan)

Hakekat spiritual adalah mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhannya, maka ajaran yang mendasari sesuai dengan ajaran Kejawen  adalah sebagai berikut :

Aku kuwi ora duwe opo-opo
Aku kuwi dudu sopo-sopo
aku kuwi ora bisao opo-opo 
kabeh kagunganne Gusti Ingkang Moho Gesang 
Sedaya saking kersane Gusti Allah 

dalam terjemahan bebas adalah sebagai berikut :

Saya tidak punya apa-apa
Saya bukan siapa-siapa
saya tidak bisa apa-apa
semua yang ada adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Esa
Semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan

Ajaran dasar bagi penganut muslim maka didasarkan pada pemahaman ajaran

Iman, Tawakal, Tawadhu, yang diartikan bahwa kita sebagai manusia menjalani takdir dan segala yang terjadi dengan iklas, sabar, dan pasrah dengan tetap mempunyai keyakinan kepada Allah SWT.

Dalam berbagai aliran spiritual mulai dari Kejawen, Islam, maupun Budha maka sesungguhnya hakekat spiritual yang sebenarnya adalah pembentukan manusia seutuhnya dalam pendekatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jika ditemui dalam prosesnya akhirnya penganut ajaran spiritual akhirnya lebih mengejar kepada kemampuan duniawi, dunk denk, laduni, maka perlu diluruskan kembali niatnya. Karena semua kemampuan itu hanyalah efek dari semua proses yang akan kita lewati.

Semoga kita selalu dijaga dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap langkah spiritual yang penuh dengan kelokan-kelokan yang menyesatkan. Godaan dan Ujian kehidupan yang sangat nyata dan membuat kita mudah tergelincir dalam langkah. Hal-hal duniawi menjadi semakin mudah untuk diraih, padahal duniawi adalah godaan memabukkan yang tidak ada habisnya.

Minggu, 05 Agustus 2012

Kepada Siapa Wahyu Keprabon Presiden tahun 2014

Wahyu Keprabon adalah wahyu yang diberikan kepada calon pemimpin. Kategori pemimpin  bisa terdiri dari berbagai macam tingkatan sesuai dengan  wilayah wewenang dan tanggung jawabnya. Tingkatan pemimpin bisa dimulai dari RT, RW, Dukuh, Lurah, Camat, Bupati, gubernur dan yang tertinggi di negeri ini adalah jabatan Presiden. Wahyu ini dapat diperoleh  dengan cara laku sendiri maupun diberikan oleh pendamping spiritual.

Wahyu keprabon jika dilihat secara spiritual  berupa sinar atau cahaya yang akan melingkupi manusia yang berhak atasnya. Bahasa yang umum dipakai adalah aura.  Wahyu keprabon yang diperoleh sendiri, usaha sendiri dengan proses laku akan bersifat  abadi dan awet. Aura ini  melekat kepada diri bersifat paten kecuali si pelaku melakukan tindakan negatif terus menerus.  Wahyu ini bisa luntur dan tidak bersifat permanen bahkan bisa hilang jika si manusia ini melanggar syarat dan ketentuan yang mengikuti. Misalnya merusak pager ayu atau melakukan perbuatan yang ngiwo, atau perbuatan-perbuatan yang melangar norma.

Beda lagi jika seseorang memperoleh wahyu keprabon dari pendamping spiritual. Wahyu ini bersifat instan  dan  tidak permanent. Tergantung tinggi rendahnya ilmu pendamping spiritual. Bagi orang yang berniat menjadi pemimpin tidak perlu melakukan laku prehaten sendiri, biasa dikenal dengan dol tinuku, pitukon, serah terima. Wahyu ini yang sering diperjualbelikan oleh para pelaku spiritual.  Kelemahan wahyu ini adalah jika pendamping spiritualnya meninggal maka wahyu keprabonnya ikut terbawa ke alam kubur, karena hak paten ada pada si pendamping spiritual dan bukan kepada yang menerima. Biasanya kalau kasus begini si pelaku akan mengalami banyak masalah yang menerpa dan agak kesulitan mengatasinya karena pada dasarnya pondasi spiritualnya menjadi tidak ada.

Pilihan wahyu keprabon jenis mana yang pas disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masing-masing. Instan bersifat tidak permanen, bisa expired, harus beberapa kali di charge, tapi mudah diperoleh. demikian juga sebaliknya, walaupun lebih susah, membutuhkan kekuatan niat dan kekuatan fisik untuk puasa, melek tetapi wahyu keprabon yang tidak instan lebih diminati.

Wahyu keprabon terlihat berupa cahaya. Cahaya ini menjadi seperti puzzle. Bagi pelaku spiritual wahyu keprabon instan bisa dipindah-pindah, tinggal dipindah-pindah kemana hendak diberikan apabila syarat dan ketentuan penerimanya memenuhi. Perlu diperhatikan kekuatan dan kesanggupan penerima, tidak asal kasih saja, karena pemberian dengan pemaksaan (tanpa memperhatikan kesanggupan) sama saja membawa angkara murka pada pemimpin yang tidak benar.Memberikan kekuasaan kepada yang tidak layak menjadi pemimpin sama saja membawa masyarakat kepada kehancuran.

Jika sekarang ini para peminat tampuk kepresidenan secara nyata sedang bergerilya  untuk mendapatkan kursi jabatan sebagai RI -1 maka dalam dunia spiritual terlihat bahwa wahyu keprabon yang sebenarnya sedang disimpan, menunggu orang yang tepat, yang terbaik untuk rakyat banyak. Wahyu Keprabon bisa jatuh kepada orang-orang yang secara bibit, bebet, dan bobotnya mampu menampungnya. Wahyu keprabon tidak bisa dipaksakan jatuh kepada orang-orang yang tidak mempunyai syarat-syarat mutlak secara spiritual. Abot songgone.

Yang pertama mencalonkan saat ini adalah Aburizal Bakrie. Secara spiritual beliau ini tidak mempunyai bibit yang dapat menampung di dalam diri. Sehingga kemungkinan untuk kebagian jatah wahyu keprabon bisa dibilang tidak mungkin.

Yang kedua adalah Prabowo Subianto. Beliau ini memenuhi syarat, baik secara bibit, bebet, dan bobotnya untuk menerima wahyu keprabon. Sebenarnya secara cahaya tanda-tanda ini pernah terlihat, tetapi dalam kurun waktu terakhir ini menjadi surut. Secara spiritual yang memberatkan jatuhnya wahyu keprabon kepada Prabowo adalah karma pribadi atau kesalahan dan tindakan yang pernah dilakukan pada masa lalunya. Ada beberapa syarat yang harus dilewati untuk menebusnya, dengan keyakinan Tuhan adalah Maha Pengampun dan Maha Memberi.

Yang ketiga adalah Megawati Sukarnoputri. Apabila dilihat dari sisi bibit dan bebetnya beliau ini memenuhi syarat mutlak, karena merupakan penerus generasi dari proklamator RI, Ir. Sukarno. Tetapi secara bobot beliau ini masih harus ditambahi lagi. Megawati mempunyai jatah untuk duduk di tampuk RI-1 tetapi karena ada kekuatan spiritual yang lebih kuat sehingga Megawati tidak bisa berada di RI-1, pernah menjadi presiden karena peralihan, atau karena sesuatu hal yang luar biasa.

Yang keempat adalah Anas Urbaningrum. Ketua Umum Partai Demokrat ini pernah beberapa waktu yang lalu mempunyai aura Wahyu Keprabon, dan sempat bersinar cukup cerah. Tetapi sepertinya bintang muda yang bersinar ini seperti dicoba dipaksa dipadamkan. Bercahaya terlalu cepat dengan visi yang berbeda dari kelompoknya. Orang yang tidak mudah didikte, tidak mudah diatur. Tetapi mempunyai langkah yang cepat. Sayang sinar itu sekarang tidak terlihat lagi.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden adalah pemilihan secara pasangan. Dalam hal ini keduanya bisa saling mengangkat atau saling menjatuhkan. Apabila merasa dirinya tidak mempunyai wahyu keprabon maka bisa disiasati dengan mencari pendamping yang mempunyai kekuatan wahyu, sehingga bisa diangkat secara spiritual.

Masih ada beberapa nama yaitu Jusuf Kalla dan Mahfud MD belum terlihat secara detil. Di lain waktu bisa ditambahkan lagi. 

Sedang untuk Ibas, ataupun Puan Maharani sejauh ini belum terlihat tanda-tanda wahyu keprabon. Genderang perang pemilihan presiden belum ditabuh, para calon masih menguatkan diri. Tetapi perubahan jalan bangsa ini akan terus melaju seiring dengan putaran jaman, wolak-waliking jaman cakra manggilingan yang terus merubah arah perjalanan negeri ini. Tanpa peduli siapapun yang nanti akan menjadi pemimpin negeri ini. Permadani hitam terus bekerja, memilah dan menyaring siapa yang pantas untuk berada di palenggahan agung. Yang cita-citanya ternoda oleh ambisi dan keinginan pribadi bersiaplah masuk jaring perangkap dan terhempas. Salah satu cara menembus jaring permadani ini hanyalah seseorang yang mempunyai niat tulus untuk menjadi pemimpin yang memenuhi hasrat dan keinginan rakyatnya. Seseorang yang sudah genep dan jangkep.

Sistem alam semesta terus bekerja, sesuai dengan putarannya. Berhati-hatilah. Karena negeri ini sedang fase perubahan dasyat menuju kejayaannya.

Siapapun yang tidak mengikuti arahnya akan terlindas oleh putaran jaman, terlindas oleh putaran perubahan. arah perubahan adalah kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa ini, budaya sendiri, berdiri di kaki sendiri. Hingga akhirnya nanti negara ini akan menajdi seperti yang diharapkan para sesepuh pendiri nusantara ini.

Jadi kemanakah angin berhembus tentang presiden Republik Indonesia terkait dengan wahyu keprabon atau secara spiritual, maka masih harus ditunggu. Semua harus satu jalan, selaras antara lahir dan bathin, tidak bisa sepihak saja, dan kembali kepada Penentu Kehidupan, Sang Takdir. Mari kita tunggu saja.