Rabu, 11 Desember 2013

Wahyu Keprabon Salah Pilih Tempat

"Sebentar, nduk". Ki Juru Martani memanggilku dengan wajah tersenyum. Aku melihat sekilas, senyumnya bermakna aneh. Hatiku curiga, biasanya jika  Ki Juru tersenyum  tidaklah mungkin tanpa makna, makna iseng dan jail. Isi kepalanya selalu bundet dan ruwet.

Masih dengan wajah curiga aku menjawab sapaan Ki Juru, "ya, Ki?"

"Aku mau menyampaikan hal yang masih mengganjal di pikiranku, sesuatu yang tidak biasa".
"O ya? Apakah itu terkait dengan saya?"
"Ya pasti tho, nduk. Karena memang begitulah adanya, kamu itu pepunden hati para sesepuh, kelangenannya kami. Segala sesuatu yang menyangkut dunia batin nusantara ini tidak akan jauh-jauh dari dirimu".

Aku tidak dapat menutupi rasa curigaku, Ki Juru adalah perlambang kemenangan strategi perang, puncak keilmuan bathin, tetapi Ki Juru juga gudangnya keisengan, meledek, dan mengerjai orang. Dan aku, sebagai satu-satunya momongan, adalah korbannya yang tak pernah ada habisnya.

"Wahyu keprabon atau wahyu kedaton perlambang sebuah titisan, sebuah wahyu yang melambangkan anugrah sebuah kepimpinan negeri, puncak kekuasaan adalah impian dan pujaan dari setiap pemuja kekuasaan. Perempuan yang menjadi wadahnya juga perempuan pilihan, bukan sembarangan. Selain ayu dan cantik, biasanya adalah turunan ningrat, berdarah biru. Seorang Ken Arok tega membunuh Tunggul Ametung dengan Keris buatan Mpu Gandring untuk mendapatkan Ken Dedes. Seorang penguasa akan kehilangan wahyunya jika pendampingnya sudah meninggal. Begitulah  hebatnya kebesaran wahyu keprabon yang manjing kepada perempuan sebagai perantara, pemegang wahyu kedaton. Wahyu keprabon, pralambang puncak kekuasaan negeri, begitu mempesona, hingga siapapun pasti menginginkannya".

Ki Juru berhenti sejenak, diam, sekilas melihatku. Perasaanku mulai terasa tidak enak tetapi aku berusaha tetap diam tanpa ekspresi menunggu penjelasan Ki Juru.  Kupasang pendengaranku, dengan menahan diri untuk tidak meninggalkan paseban agung. Melihat Ki Juru tersenyum aku semakin curiga.

"Lha sekarang ini jamannya memang sedang jaman edan, jamane kowalik walik, ireng dadi putih, apik dadi elek, elek dadi apik. Sampai namanya wahyu keprabon kewalik dadi wahyu kedaton. Putri yang kepanggonan wahyu kedaton sing biasane ayu kemayu  mawiru-wiru, lha kok yo saiki melu kowalik walik. Kebalik yang parah sekali, masak sesuatu yang demikian besar dan demikian agung kok ya jatuh di dirimu. Hahahha". Ki Juru tertawa terpingkal-pingkal. "Kamu itu sudah  tuwek, jelek, ireng tuntheng koyo areng tur lemu ginuk-ginuk menuk menuk. Kelakuannya saja  kurang ajar, nyelelek, ora sopan, ora iso dithotho. Jauh dari sopan, jauh dari bener. Jangankan mau mengambil sebagai pendamping hidup, melihat saja males, apalagi mendekat. Hoa hoa...", sungguh Ki Juru tertawa tergelak-gelak tanpa dapat dikendalikan lagi, dan berikutnya aku menyusul tertawa walaupun tidak sekeras Ki Juru. Kami tertawa bersama-sama. Benar saja, kecurigaanku tidak salah, tetapi apa yang disampaikan Ki Juru benar-benar lucu. Sungguh Ki Juru adalah simbol kelucuan di dunia jagad bathin, dunia para sesepuh. sebagai satu-satunya korban ledekan Ki Juru, lama-lama aku sudah kebal. Gurauannya selalu membuatku tertawa, lucu dan tidak pernah membosankan.

"Ki Juru, bagaimana mungkin saya bisa cantik menarik, jika setiap hari harus berlatih di bawah paparan matahari siang. Malam harus berlatih di alam terbuka. Jadilah saya yang gagah perkasa hitam legam bagaikan Mahapatih Gajahmada, kebungkus awak wadhon." 

"Kuwi awakmu lemu opo pothok (kekar), tho?" Ki Juru masih tersenyum meledekku. 
"Otot kawat balung wesi tapi gosong, Ki", aku menjawab tak mau kalah. 

"Otot kawat balung wesi sing koyo Werkudoro kuwi yo tetep gagah pidhekso, khi nduk. Iki otot kawat balung kayu seko glugu tur wes gimbur-gimbur, hahahhaha". Ki Juru berusaha menahan ketawanya, dan melanjutkan,"Yo yo yo, memang harus jatahnya sekarang ini pemangku Wahyu keprabon harus yang berbadan kekar berhati jembar, dan ada lagi, harus edan dan gendeng. Gandeng sekarang ini jamannya jaman edan, maka harus dihadapi dengan berpikir seperti layaknya wong edan. Dan kamu? hahahhaa, kamu adalah orang yang memenuhi syarat ini. Membawa tugas berat, harus kuat raganya, kekar, biar tidak gampang jatuh terkena serangan-serangan maut. Otaknya tidak waras, edan tenanan dan memang kurang ajar dari bawaan bayinya, untuk menghadapi orang-orang dan tatanan jaman yang sudah menggila, mengobrak-abrik tatanan yang sudah tidak layak dipertahankan. Memandang dari sudut yang terbalik, hahahaha, gendukku sing ayu dewe emane kok uthekke gendeng. Menyerang dari arah yang sama, tentu sjaa tidak akan berhasil, karena mereka sudah menyusun pagar tembok dari bethon, yang tak akan hancur diserang oleh wedhus gembel sekalipun. Kali ini kamu harus melakukannya dari sisi yang berbeda, dan ini hanya bisa dilakukan oleh  orang-orang yang memang dasarnya utheknya sudah kewalik-walik sepertimu. Uthek bundet tur ruwet, nanging kok ya cespleng tho ya. Cerdas dan mumpuni walaupun athinya sak tumlik, cilik, tur nangisan. hahahhah". Ki Juru mengakhiri pituturnya dengan tertawa terbahak-bahak. 

Sungguh sudah kebal rasa hatiku mendengar semua guyonan dan celelekan ala Ki Juru, guyonan waton tur maton. Melaksanakan tugas berat memang membutuhkan bekal yang tidak sedikit. Aku harus mampu melakukan olah rogo, dengan melakukan gerakan dan olah nafas di bawah paparan matahari, sedangkan untuk mengolah kekuatan rasa, juga harus dibarengi dengan olah raga di bawah paparan rembulan, udara malam yang dingin dan menusuk tulang. Semua harus seimbang, bahkan kadangkala diselingi dengan berendam air di sungai tempuran atau di pinggir pantai. Urip kuwi laku, urip kuwi laku kanthi mlaku, mlaku kanthi laku. Sebuah putaran kehidupan yang satu menajdi bagian yang lainnya, jangan pernah memisahkannya. memisahkan berarti menghilangkan maknanya. 

Kekuatan bathin harus berada di dalam raga yang kuat. Kekuatan bathin akan menjadi lebih bagus lagi jika disertai dengan kemampuan intelektual. Tiga hal yang tidak dapat dipisahkan, cipto, roso dan karso. Semua saling berkaitan, menjadi dukungan dalam setiap langkah. Cipto mendukung karso, roso didukung cipto, begitu seterusnya. Niat dan semangat adalah bagian dari tindakan. Tindakan berasal dari pemikiran yang sudah tertata. Tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lain. 

Tugasku kali ini memang tidak mudah, memegang tanggung jawab negeri, pemegang wahyu keprabon, menata negeri, membuat sistem bernegara  dan membawa negeri ke arah yang lebih baik, sesuai dengan cita-cita para pendiri negeri. Melakukan pekerjaan di dunia bathin, memulai hakekat perubahan, hakekat penataan negeri dengan memulai dari sisi bathin.  Negeri ini adalah negeri  kehidupan, kepundan bumi. Menata sisi bathin dan diharapkan sisi lahirnya akan mengikuti. memutar cakra manggilingan, meniupkan hawa kebenaran dan pemikiran yang berpihak kepada rakyat. Memusnahkan sebagian besar angkara murka yang sduah mendarah daging di bumi nusantara. Melaksanakan tugas negeri, tugas bathin. Tugas yang mau tidak mau harus dilakukan, suka tidak suka, seberat apapun, sesusah apapun. Menerima dengan iklas, melaksanakan dengan pasrah, menjalani dengan keyakinan.

Kebesaran sebuah negeri dapat dicapai jika di bathin yang melingkupinya  tercipta keseimbangan semesta. Semesta lahir bathin. Menata sesuai dengan proporsinya. Sehingga semuanya tidak ada yang saling mendominasi, saling menginjak. Demikianlah diperlukan kemampuan spiritual dan intelektual dari pemimpin negeri nusantara, karena negeri ini adalah negeri spiritual. melihat hanya dari sisi lahir sama saja kita menafikkan dunia bathin yang berpengaruh besar pada kehidupan negeri ini. Hanya kepada beliau-beliau pemimpin besar dengan lambaran spiritual yang bisa menjadi besar. Jangan berharap negeri ini dibawa kepada negeri berdasarkan syariat dari tanah seberang, karena jiwa dan roh negeri ada di sini. 

Melihat situasi sekarang ini, sepertinya memang belum ada yang  layak untuk mendapatkannya. Wahyu keprabon membutuhkan syarat dan ketentuan bagi yang mendapatkannya. Si penerima harus mumpuni lahir dan bathin, berkarakter kuat dan baik. Masih ada waktu untuk berbenah, untuk menata diri, menyiapkan kemampuan diri agar pantas dan layak. 

Memimpin negeri artinya menyerahkan hidup dan dirinya untuk nusantara. menghilangkan aku, memberi dan bukan menerima, menjadi pengayom dan bukan untuk diayomi. mengendalikan dan bukan untuk dikendalikan. Menjadi panutan dan bukan menjadi pengikut. Menjadi pemimpin dan bukan yang dipimpin. Menentukanm arah perjalanan negeri dan bukan mengikuti arah. Sungguh sesuatu yang tidak bisa dinalar dengan otak dan akal manusia biasa. 

Tetapi demikianlah adanya. Dunia bathin yang sempat sumpek, kisruh, tanpa ada pemimpin, tanpa da yang mengaturm, tanpa tatanan, perlahan tapi pasti sudah mulai terlihat arahnya, terlihat tatanannya. menjadi penyegar dalam kehidupan bathin, menjadi pemimpin dan menjadi panutan. Dunia bathin adalah cerminan dunia lahir, menata bathin artinya menata dunia lahir. Melihat arahnya maka semuanya berani berharap bahwa negeri ini sedang memulai langkahnya untuk berbenah, sama dengan yang terjadi di sana. 



Selasa, 03 Desember 2013

Spiritual dan Agama

Akhir-akhir ini ketika beberapa orang sudah melakukan diskusi dengan berbagai macam latar belakang, saya malah bingung sendiri. Jika diskusi dengan orang berlatar belakang spiritual  agama akhirnya sama malah diomongi ngga bener. Bila diskusi dengan latar belakang spiritual murni, kebenaran universal maka saya juga dibilang aneh, karena dianggap memihak pada ajaran tertentu. Repot.

Jika disuruh memilih saya akan memilih diam dan tidak berdiskusi, jika saya disuruh memilih beragama apa, saya memilih tidak beragama. Wadeew alamat saya dianggap melanggar Undang-Undang bernegara, lebih repot lagi.

Spiritualitas dan agama adlah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. satu sisi mengisi sisi lainnya, melengkapi. Spiritual adalah pengolahan jiwa, pengolahan bathin yang bertujuan akhir untuk mendekatkan manusia dengan Tuhannya, bukan hanya sekedar sebuah proses bathin, olah jiwa untuk memperoleh kemampuan tertentu.

Ada beberapa paham yang melatarbelakangi orang belajar spiritual. Tanpa disadari manusia sudah berada di dunia spiritual ketika melakukan doa, ketika memilih salah satu agama, menjalankan keyakinan dan melakukan ibadahnya. Doa adalah salah satu manifestasi dari keadaan spiritual, tanpa disadari manusia telah berusaha memasuki dunia spiritual dengan segala keterbatasannya.

Seringkali terjadi perbedaan pemahaman, ketika seseorang memahami dunia spiritual, melihat dari mana asal muasal belajarnya. Mengingat dunia spiritual bagaikan dunia nyata yang beraneka ragam aliran dan spesifikasinya, bisa dianalogikan dunia keilmuan yang dibagi dengan jurusan-jurusan. Ekonomi, sosial, tehnik dst. Dalam dunia spiritual juga terbagi-bagi menjadi berbagai macam jurusan. Mulai dari jurusan ilmu keselamatan akherat, untuk bekal orang yang sudah mati, di dalam ilmu Kejawen sering disebut dengan ilmu kasepuhan. Sedangkan di dalam khasanah Islam seing disebut dengan dunia Islam Sufi.

Ada lagi yang belajar mengenai pengobatan. Pengobatan spiritual masih dibagi-bagi lagi dalam berbagai jurusan, pengobatan dengan energi. Jika di kejawen ada energi alam dengan istilah Makdun Sarpin, pernafasan dengan mengambil energi tanah. Jika di Islam menggunakan kekuatan wirid atau zikir. Banyak cara untuk melakukan pengambilan energi ini, mengingat di alam semesta ini begitu banyak energi beterbaran, dengan berbagai macam jenisnya. Dan kita sebagai manusia bebas memanfaatkannya. Di dunia nyata energi ini terwujud menjadi energi listrik dsb.

Spiritual adalah pengolahan jiwa, bathin, proses mendekatkan manusia dengan Tuhannya. Agama adalah bagian dari proses spiritual. Dalam perjalanannya agama adalah proses yang melingkupi untuk menuju kecerdasan spiritual. Walaupun  banyak kalangan agamis menganggap spiritual adalah salahbsatu cara untuk memperkuat keyakinan beragama. Ya, tergantung darimana memandangnya. Bagaikan ayam dengan telor, telor dengan ayam. Dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan satu persatu.

Dunia ini diciptakan lengkap dengan segala yang terkait di dalamnya. Tatanan, hukum alam, dunia ghaib, dunia bathin. Dunia dan seisinya lengkap. Semuanya diciptakan secara bersamaan. Hukum alam   bersifat mutlak, pasti.

Dunis diciptakan dengan berbagai perbedaan. Luas dan tak terbatas, tak mungkin otak manusia menjangkau secara lengkap bagian perbagiannya.