Wahyu keprabon, sesuatu hal besar yang sangat diharapkan. Yang
dinantikan. Kekuatan besar yang tek terbendung. Setiap perjalanan,
setiap proses, entah berapa kali aku dihadapkan dengan sesuatu yang
disebut wahyu keprabon.
Mungkin bukan aku saja, tetapi juga para pelaku spiritual lainnya. Kakiku pendek, langkahku dekat, jangkauanku terbatas, maka mungkin bisa jadi sebenarnya apa yang kupunya masihlah sangat dangkal. Setiap pemimpin besar mempunyai jejak spiritual, karena negeri ini negeri nusantara, negeri timur, seorang pemimpin hendaklah genep lahir dan bathin. Artinya seorang pemimpin akan mampu memimpin negeri ini jika dilengkapi dengan kemampuan spiritual, selain kemampuan utama, kemampuan intelektual dan kemampuan kepemimpinan. Mengertilah aku sekarang, wahyu keprabon, adalah wahyu, yang ternyata adalah kekuatan yang juga bisa terpecah-pecah, tergantung laku yang dijalaninya. Termasuk juga di dalamnya adalah jatah dari Yang Maha Kuasa. Besar kecilnya tergantung jatahnya, tergantung besarnya wadah dirinya, seberapa jauh dia telah memperluas wadah, melatih dirinya. Sebuah proses adalah memperbesar wadah, memberi tempat utk hal yang baru. Sedang selama ini kekuatan itu hanya sebagian-sebagian, sepotong-sepotong, tidak utuh. Maka kemampuan seorang pemimpin tidak akan mencapai pada tahapan yang diinginkan. Begitu juga dengan diriku, setelah mengikuti proses demi proses, aku malah semakin tidak yakin, mungkinkah yang kulihat hanya sebagian kecil saja. Perjalanan spiritual BK, Panembahan Senopati, Ki Juru Martani, Tri Buana dan seorang Soeharto. Terpotretkan, tapi apakah sudah mencakup semuanya? Sungguh aku tidak berani menjawabnya. Yang bisa kulakukan hanya menjalankan semua tugas spiritual negeri, menata satu demi satu, dengan segala kemampuanku. Berharap lahirnya akan mengikuti, dan sejauh ini semuanya telah menunjukkan hasil yang bisa terbaca. Perubahan telah dimulai, satu demi satu kezoliman sudah mulai dihancurkan. Masih banyak, dan masih jauh, tp aku telah memulainya. |
Berikutnya aku menjadikan diriku penjuru, menjadikan pusat segala kekuatan. Hingga segala yang baik akan datang padaku, seluruh kekuatan yang pernah tersimpan di negeri ini. Yang telah dibawa pergi ke luar nusantara, hingga yang telah menjadi puing-puing di negeri sendiri. Berharap semuanya menyatu, membuat diriku bagaikan vacum cleaner, menarik, menyedot. Yang kulakukan hanyalah menambah daya tariknya, daya putaran yang semakin besar dan bertambah besar. Tak terukur.
Pengabdian, cinta negeri, menjadi damparing, menjadi lambaring adalah sama saja kita mempersiapkan diri untuk menghadapi segala hal yang lebih besar. Sujud yang tak pernah berhenti untuk kebesaran negeri ini. Semoga Tuhan merestui.