Kamis, 21 November 2013

Dimanakah Dunia Bathin (Spiritual) ?

Dunia Bathin layaknya dunia nyata. Dunia yang berdampingan dengan kita. Hanya bedanya ada yang bisa melihat dan ada yang tidak. Sama seperti halnya sebuah perjalanan. Jika kita tinggal di yogya maka kita hanya mengetahui seluk beluk kota yogya, jika kita pergi ke Jakarta bertambah lagi khasanah pengetahuan kita.

Demikian juga dengan dunia bathin. Dunia yang sama, yang membedakan adalah untuk mengetahui daerah lain perlu dilakukan perpindahan fisik, nyata. Sedangkan perjalanan menuju dunia bathin adalah perjalanan mengolah roso, mengolah hati, mengolah nurani. Membuka cakra, membuka hijab, membuka penjara pikiran.

Bagaimana kita bisa mencapainya adalah dengan melakukan berbagai tahapan. Ada yang memang sudah dikaruniai bakat untuk melihat, seperti halnya anak indigo, ada juga yang harus belajar. Proses pembelajaran masuk dunia bathin hampir sama dengan proses sekolah di dunia nyata. Berbagai tingkatan dan level harus dilalui tahap demi tahap. Setiap orang mempunyai dasar kemampuan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Membutuhkan bakat dan kemampuan. Hal yang sama adalah ketekunan dan keyakinan merupakan faktor pendukung yang utama. Kemampuan dan bakat diperlukan, tetapi tanpa ketekunan maka perjalanan ini juga tidak dapat mencapai tingkat seperti yang diharapkan.

Masuk ke dunia bathin artinya membuka diri, menyiapkan diri untuk sebuah perjalanan jauh tanpa batas. Dunia bathin adalah dunia tanpa batas ruang dan waktu. Sama halnya dengan di dunia nyata mereka juga terdiri berbagai golongan mahluk, mahluk yang baik dan mahluk yang tidak baik. Dengan berbagai karakter yang harus dihadapi.

Mereka adalah sama-sama mahluk ciptaan Tuhan, sama halnya dengan kita, hanya berbeda dimensi. Maka Sembah dan Puji hanyalah milik Allah SWT. Menjalin sebuah komunikasi, sebuah hubungan adalah layaknya manusia dengan manusia, bisa serius, bisa bercanda, bisa minta tiolong. Sama halnya hidup bersosialisasi, urip bebarayan. Bebarayan jagad alus dan jagad nyoto. Badan wadag dan badan alus, lahir dan bathin.

Maka julukan kata musrik bagi mereka yang memahami dunia klenik dan dunia bathin adalah sebuah pembunuhan karakter, penafikan terhadap sebuah realitas. Sama halnya sirik tanda tak mampu.

Hukum dan tatanan yang berlaku di dunia ghaib adalah sama dengan hukum dan tatanan di dunia nyata yang bersifat universal. Maka jika ada jin yang beragama, hal itu wajar-wajar saja, karena segala hal yang baik di dunia juga baik di dunia mereka. Segala intrik, dan berbagai tipu muslihat juga berlaku di sana. Demikian juga sebaliknya, segala hal yang baik, membalas budi, tolong menolong juga ada.

Tidak ada yang aneh, perlu dibutuhkan kemauan untuk tahu. Dunia spiritual adalah pengolahan jiwa, pengolahan bathin, maka menyiapkan hati dengan niat yang baik, tulus dan iklas dan senantiasa tertuju kepadaNya adalah syarat mutlak dalam berjalan di dunia ini. Niat awal dari hati, hitam atau putih akan menentukan dengan siapa kita akan bertemu. Niat baik akan bertemu dengan mahluk yang baik, niat  tidak baik akan bertemu dengan mahluk yang tidak baik juga. Mahluk yang berhati hitam dan bukan putih. Saya tidak akan menyebut mahluk hitam, karena mahluk di sana berwarna-warni, tetapi istilah hitam dan putih lebih saya gunakan sebagai karakter atau sifat si mahluk.

Mahluk hitam atau ilmu hitam biasanya melekat kepada mereka yang sering menggunakan ilmu bathin untuk suatu tindakan dengan tujuan tidak baik, mencelakakan, santet, telung dst. Tetapi sebenarnya di dunia bathin mahluk berwarna hitam memang identik dengan perilaku ngiwo, perilaku tidak benar. Merekalah yang sering dimintai tolong untuk melakukan perbuatan tidak baik. Mahluk hitam dengan darah hitam, tindakan hitam sifatnya juga hitam.

Sedangkan ilmu putih atau ilmu yang berlandasan kebaikan biasanya akan didukung oleh mahluk-mahluk ghaib yang berwarna putih, kuning, hijau dan biru. Putih getihe, darah putih, darah milik para biksu dan segala para penghuni nirwana, alam kebaikan dan bukan alam keburukan. Dilandasi jiwa yang bersih maka di dalam darahnya akan mengalir semua nilai-nilai kebenaran.

Karena demikianlah hakekat tarik menarik dalam alam semesta, hal yang besar akan menarik yang kecil, barang sejenis akan berkumpul pada barang sejenis. Demikianlah selalu adanya.

Walaupun dalam setiap peristiwa selalu ada keseimbangan, ada hitam ada putih ada baik ada buruk. Demikianlah hakekatnya manusia, kurang dan lebih. Maka diperlukan pemahaman lebih lanjut untuk selalu mengerti dan menerima bahwa manusia tidak ada yang sempurna, berbeda satu dengan yang lain. Maka manusia satu melengkapi manusia yang lain. Mahluk sosial, membantu dan menyempurnakan untuk sama-sama mencari jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar