Jumat, 29 November 2013

Pendamping Spiritual

Pendampingan spiritual adalah pendampingan yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh spiritual kepada konsumen yang membutuhkan. Namanya saja pendampingan spiritual, tentu saja pendampingan ini bermacam-macam bentuknya. Ada yang menggunakan pendamping spiritual untuk mencapai tujuannya, misalnya orang ingin menduduki jabatan tertentu, atau memperoleh kelancaran dalam melakukan bisnisnya. Ada juga yang berfungsi sebagai penasehat spiritual, menyejukkan di kala galau, di kala susah dan panik.

Sudah semestinya, yang namanya pendamping spiritual seharusnya mempunyai kemampuan spiritual, kemampuan bathin yang mumpuni. Artinya pelaku spiritual sudah melakukan olah roso, pengolahan bathin yang sudah lengkap, sudah genep dan jangkep. Mereka mampu melewati godaan tahta, harta, dan maksiat.

Dalam serat wulangreh disampaikan bahwa ngelmu iku kanthi laku, maka bisa disampaikan bahwa orang yang mumpuni dan layak menjadi pendamping spiritual adalah orang yang sudah melewati tahapan laku dan mampu nglakoni hidup lebih baik dari manusia pada umumnya. Lebih baik kualitas spiritualnya. Bukan hanya orang yang bisa ngomong bagus, mengerti bagus, tetapi tidak melakukan. Bicara lebih mudah daripada bekerja, bicara bagus harus sesuai dengan apa yang ada di pikirannya, di perasaannya hingga akhirnya harus sama dengan perbuatannya. Jika bicara bagus tetapi kelakuannya tidak bagus, maka orang ini dikategorikan orang-orang yang berbeda depan berbeda belakang. Dramaturgi, panggung depan panggung belakang. 


Memang tidak mudah, dan orang seperti ini juga jarang. Mengingat keadaan jaman sekarang berbeda dengan jaman dahulu. Laku spiritual juga tidak semudah dahulu. Memilih pendamping spiritual adalah melihat bagaimana orang itu menjalani kehidupannya. Jika kehidupannya masih gemerlap harta, maka orang ini belum lepas dari godaan harta. Apabila jumlah istrinya lebih dari 1, maka orang ini belum mampu mengendalikan keinginan nafsu badaniah, walaupun sah secara syariah. Tetapi sepertinya spiritual adalah pengendalian diri, pengendalian keinginan, pengendalian nafsu. Jika masih mendengar keluhan tentang hidup, tentang kesulitan ekonomi, terakhir masih meminta-minta, maka boleh dikatakan pendamping spiritualnya telah setengah menjual kemampuannya kepada konsumen. Bisa jadi pendamping spiritual adalah orang yang berjualan isi kitab, berjualan ayat-ayat dan falsafah hidup, bukan pelaku spiritual yang sesungguhnya. 

Memang jaman sekarang segala sesuatu dinilai dengan uang. Tetapi spiritual adalah puncak keadaan bathin dimana segalanya telah merdeka dari segala tuntutan kehidupan. Hidup membutuhkan piranti. akan berbeda halnya jika dikasih tanpa meminta, diberi tanpa menunjukkan keinginannya. Karena hakekat menjalani hidup adalah nerimo ing pandum, menjalani saja, tidak bertanya, tidak meminta. Tetapi hanya nglakoni, hanya menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Manusia berusaha maka Tuhan yang menentukan. Dimana manusia berada pada putaran nasib dan takdirnya, maka kehidupanlah yang telah menentukan. 

Menjalani kehidupan spiritual tidaklah mudah. Beberapa hal di dunia nyata seperti terlihat mudah, tetapi mampu menahan godaan untuk tidak berdagang kemampuan spiritual adalah tantangan berikutnya. 

Pendampingan spiritual yang seharusnya dilakukan adalah mendidik, bukan memberikan. Mendidik artinya membuat orang yang didampingi dapat mempunyai kemampuan spiritual, sebagai peningkatan dari kemampuan olah raga dan olah pikiran (intelektual). Manusia yang genep dan jangkep adalah manusia yang mempunyai kegenapan dalam kecerdasan raga, kecerdaan inteelktual dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual meliputi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam arti sesungguhnya. Hingga nanti lahirlah seorang manusia yang mumpuni, berkualitas secara lahir dan bathin. 

Jika pendampingan diberikan hanya untuk mampu mendapatkan kedudukan, melancarkan bisnisnya, maka pendampingan ini bersifat instan, tidak mendidik. memang jaman serba instan, maka dalam olah spiritualpun dijadikan instan, tidak mau susah, maunya cepet, jadinya bagus. Dimana-mana yang instan itu jadinya malah mogol. Kadang tidak mendidik tetapi malah meracuni, terkadang malah njlontrongke (menjerumuskan). Bayangkan jika ada orang yang sebenarnya tidak layak menduduki jabatan pemimpin publik, tetapi dipaksakan secara spiritual, maka akan lahirlah pemimpin yang adigang adigung dan adiguno. Pemimpin yang tidak layak menjadi pemimpin, bukan membawa manfaat malah melahirkan modharat. 

Jika orang yang belum layak kaya, atau diberi kemampuan ekonomi lebih, tetapi dipaksakan dan akhirnya kaya. Yang terjadi adalah orang kaya baru, yang tidak dapat mengendalikan dirinya untuk bersombong-sombong dengan yang lainnya. Bahayanya jika tidak punya kemampuan mengendalikan diri, maka akan mengkonsumsi sesuatu yang tidak pantas dikonsumsi. Belanja ke tempat haram, belanja barang haram. Bukan manfaat, tetapi kehancuran. 

Maka sudah seperlunya untuk meluruskan kembali makna dan arti pendampingan spiritual secara keseluruhan. Bahwa pendampingan seharusnya dilakukan untuk membentuk manusia genep dan jangkep secara lahir bathin. Melahirkan manusia yang berkualitas, dan mempunyai nilai lebih secara spiritual. Spiritual adalah kemampuan nilai-nilai luhur yang tidak dapat diperoleh di sekolah formal. Spiritual adalah kemampuan dasar dalam mensikapi kehidupan, menjalani kehidupan dan bukan kemampuan bathin. 

Kemampuan bathin akan diperoleh dengan sendirinya, sebagai bagian dari perjalanan dalam pengolahan jiwa. Kemampuan bathin bukanlah tujuan sebuah proses spiritual, hanya sebuah bagian dari perjalanan dalam menjalani kehidupan, sebuah piranti yang melengkapi dalam menghadapi aral dan rintangan hidup. 

Jika pengolahan spiritual telah dilakukan, memperbaiki kekurangan dan menambah kelebihannya, maka manusia tersebut siap dimajukan pada medan pertempuran. Mempunyai kemampuan sendiri untuk menghadapi segala masalah, tahan banting, siap lahir dan bathin untuk perang di medan laga. 

Dari jagad bathin, semuanya tampak dalam simbol-simbol. Segala kekurangan dan kelebihan manusia, pikiran, karakter dan kekuatan dirinya. Maka pendamping spiritual  memilah-milah kembali apa yang pantas dan yang tidak. Apa saja kemampuannya, kekurangan dan kelebihannya, hingga pada akhirnya manusia tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkannya karena memang dirinya sudah layak untuk mendapatkannya. 

Memberikan sesuai dengan porsinya. Ibarat anak-anak diberi mainan anak-anak dan bukan motor. Ibarat pembantu rumah tangga diberikan pisau dan alat masak dan bukan pesawat terbang. Maka semuanya akan benar-benar berguna dan tidak menyesatkan. menempatkan sesuai dengan ruang dan waktunya. Sesuai dengan kepantasannya. Bukan pada kata, aku jual kamu beli. 

Negeri ini butuh seorang pemimpin yang layak yang mumpuni, cerdas lahir dan bathin, mempunyai kemampuan inteletual dan kemampuan spiritual. Sebagai negeri timur, negeri spiritual, maka negeri ini harus ditata secara spiritual. ketegasan terhadap segala sesuatu hal, kemampuan memecahkan masalah, dan kekuatan menghadapi tekanan. Bukan pemimpin cengeng yang suka mimbik-mimbik. Apalgi hanya mampu menyindir sana-sini, justru tidak menyelesaikan persoalan malah menjadi bagian dari masalah bangsa. 

Seorang pemimpin ibarat piala, yang harus digenepi kemampuannya. Jika dituangkan dalam kiasan maka akan menjadi seperti ini. 




Piala

Lambarane batin
Kuwi sikile ming siji gede ngisor gede nduwur
Senajan awake ning cilik tetep kudu kuat nyonggo
Gari kepiye le nggedekke lambaran ngisor karo lambaran nduwur
Gari kepiye anggone kuat nglakoni lelakon
Lan
Kepiye anggone pasrah marang Gustine
Pasrah karo kang gawe urip

Cagake cilik, yo kuwi awake dewe
Alase gede
Yo kuwi kekuatan lehmu nglakoni
Jembar cawane
Kuwi pasrahmu anggonmu nglakoni
Nyengkuyung kebutuhane wong akeh
Dadi pengayom
Dadi lelipur
Lan dadi pengampu
Dadi cagak
Dadi soko guru

Sing jenenge soko guru kuwi kudu kuat
Lahir lan bathin
Sing jenenge soko guru kuwi
Kudu ngerti kekuatane dewe
Sepiro kang kuat disonggo
Sepiro sing dadi penyonggone
Ora iso ditumpuke neng soko guru sing ringkih
Ingkrik ingkrik arep rubuh kok digawani gawan

Mulane yen arep golek sokoguru kuwi kabeh kudu didelok bibit bobot lan bebet e
Ora iso ming waton uwong
Sak-sak e
Sopo sing ono sopo sing iso
Tapi kudu didelok ndisik
Kepiye lakune
Kepiye ilmune
Kepiye kekuatanne
Genep lan jangkepe

Kleru milih mengko dadi kleru arahe
Ora kuat nyonggo kok dipekso
Nek ra kuat malah ndadak rewang-rewang
Gotong royong
Sing kudune rampung dadi ra rampung
Sing kudune iso dadi ra iso

Dadi sokoguru kuwi ora gamnpang
Sak liyane kuat
Kudu gelem rekoso
Ora iso dak geleme dewe
Mengko ambruk kabeh
Kudu thetheg (konsisten)

Makane sokoguru kuwi muncul seko niate ati
Ora seko niate angkoro murko

Kanggo brayat kabeh kang kudu diayomi
Kang kudu di sengkuyung

Iso kegowo
Ora ming meneng wae
Yo kudu obah wae
Mosok yo ndadak di tuntun terus



Tidak ada komentar:

Posting Komentar